BAB 1 MASA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA
1. Masuknya agama dan
kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan kehidupan masyarakat Indonesia, antara
lain :
·
Semula belum
mengenal tulisan (masa praaksara) menjadi mengenal tulisan dan memasuki zaman
sejarah (masa aksara).
·
Semula hanya
mengenal dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian mengenal dan
menganut agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
·
Semula hanya
mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpinnya menjadi
pengenal dan menganut sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan
pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha.
2.
Teori masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha sebagai berikut.
·
Teori waisya, berpendapat bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh
golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun
berganti arah) sehingga enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama
dan kebudayaan Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah
N.J.Krom.
·
Teori Ksatria, pembawa agama dan kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang kalah
perang di India, kemudian lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis
ksatria adalah C.C.Berg.
·
Teori Brahmana, pembawa agama dan kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan
Brahmana yang diundang oleh raja raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara
Hindu (abhiseka=penobatan). Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van Leur.
·
Teori nasional, bahwa bangsa Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan membawa
agama dan kebudayaan Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja)
mengundang Brahmana kemudian Brahmana menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di
Indonesia. Pendapat ini disebut teori arus balik. Pendukung teori ini adalah
F.D.K.Bosch.
B. PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA AKULTURASI
Masuknya budaya
Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan
perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari
kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak
diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan
kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia
atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima
unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu
hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan
budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai
sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan
asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada
bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia
dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai
makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di
sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa
Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa
Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab
Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para
ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam
keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada
ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak
digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan
bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi
sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan
Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem
kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya Penggunaan tahun
Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai
tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I
dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.
C. KERAJAAN KUTAI
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang
memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak
di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai
diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas
menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat
diperoleh.
Yupa
Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara
pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi
sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai.
Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh
para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak
disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa
tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah
Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku
Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka
halaman 36, transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:
Nama-Nama Raja Kutai
Peta Kecamatan Muara Kaman
1.
Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2.
Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
3.
Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4.
Maharaja Marawijaya Warman
5.
Maharaja Gajayana Warman
6.
Maharaja Tungga Warman
7.
Maharaja Jayanaga Warman
8.
Maharaja Nalasinga Warman
9.
Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra
Warman Dewa
12. Maharaja Sangga
Warman Dewa
13. Maharaja
Candrawarman
14. Maharaja Sri
Langka Dewa
15. Maharaja Guna
Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya
Warman
17. Maharaja Sri Aji
Dewa
18. Maharaja Mulia
Putera
19. Maharaja Nala
Pandita
20. Maharaja Indra
Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma
Setia
D. KERAJAAN TARUMANEGARA
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah
berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma
merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan
sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi
kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu
beraliran Wisnu.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti
batu yang ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten.
Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai
tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan
Salakanagara.
Prasasti yang ditemukan
Prasasti
Kebon Kopi, dibuat
sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
Prasasti
Tugu, ditemukan di
Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang
disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang
6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian
sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir
yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang
terjadi pada musim kemarau.
Prasasti
Cidanghiyang atau Prasasti
Munjul, ditemukan di
aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja
Purnawarman.
Prasasti
Ciaruteun, Ciampea,
Bogor
Prasasti
Muara Cianten,
Ciampea, Bogor
Prasasti
Jambu, Nanggung,
Bogor
Prasasti
Pasir Awi, Citeureup,
Bogor
E.
KERAJAAN MATARAM KUNO
Awal berdirinya kerajaan
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau
Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah
pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja
kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang
tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang
bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad
ke-11. Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau
Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah
pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja
kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang
tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang
bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad
ke-11. Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan
jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri
Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak
menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja
lain yang memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal
Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas
dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan Sanna.
F. KERAJAAN
SRIWIJAYA
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa,
dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti
"bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti
"kemenangan" atau "kejayaan"maka nama Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan
kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis
bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad
ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran
pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan
beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa
Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari
Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali
kerajaan Dharmasraya. Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya
baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis
G. KERAJAAN
KEDIRI
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang
terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha,
yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui.
Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya
memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah
Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa
hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah
Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti
yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil
menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti
Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami
masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau
di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou
Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara
berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah
Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai
Kerajaan Sriwijaya.
H. KERAJAAN
SINGASARI
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari,
adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari,
Malang.
Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini
menjadi penguasa Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat
perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan
urutan raja-raja Singhasari.
Versi Pararaton adalah:
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
Kertanagara (1272 - 1292)
|
Versi Nagarakretagama adalah:
Wisnuwardhana (1248 - 1254)
Kertanagara (1254 - 1292)
|
Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai
pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati
(anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir).
Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni
yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu versi Nagarakretagama
tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja
sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab
pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa
leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.
I. KERAJAAN
MAJAPAHIT
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah
yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari
tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai
Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah
Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya,
Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling
kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di
Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut
upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk
membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan
memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi
besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan
membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan
diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi
pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.
Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian
diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu
dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa
"pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya
bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah
berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya
sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut
karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan
terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka
terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
BAB 2 INDONESIA PADA
MASA PERKEMBANGAN ISLAM
A. PROSES
AWAL PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1. Seminar
masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan
Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja
Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada
koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2. Dari
Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum
Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang
muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
3. Dari
Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan
bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara
tahun 606-699 M.
4. Prof.
Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of
Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan
bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
5. Prof.
Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada
tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6. Prof.
S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India
dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis
menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum
muslimin Indonesia.
7. W.P.
Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese
sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya
Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab
Muslim).
8. T.W.
Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The
Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun
1 Hijriyah (Abad 7 M).
Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah
Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada
makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan
1082)
Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya
kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan
Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met
Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke 13.
Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan
Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
Pembawa Islam ke Indonesia
Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat
kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara
akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab,
Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia.
Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan
perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat (India) : Pedagang islam dari Gujarat,
menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain: ukiran batu nisan gaya
Gujarat, Adat istiadat dan budaya India islam.
Persia : Para pedagang Persia
menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain: Gelar “Syah” bagi raja-raja
di Indonesia,
Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar),
Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab : Para pedagang Arab
banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain: Menurut
al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut,
Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra,
Jawa, dan Malaka.
munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat,
yang banyak mengenalkan islam.
China : Para pedagang dan
angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan , mengenalkan islam
di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
Gedung Batu di semarang (masjid gaya China), Beberapa makam China
muslim, Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya
menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan
social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989)
B. KERAJAAN
SAMUDRA PASAI
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera
Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera,
kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh,
Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat
digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai
menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai,
dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas
dan perak dengan tertera nama rajanya.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik
as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam
kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah
ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada
tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada
tahun 1521.
C. KERAJAAN
ACEH
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah
berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau
Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah
Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H
atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 -
1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan,
terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan
militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem
pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu
pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan
negara lain.
D. KERAJAAN
DEMAK
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan
terbesar di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa,
Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul
sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau
Jawa dan Indonesia pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera
mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat
kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang
didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah
Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di
kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah
menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika
beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4
ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode
ini kerajaan disebut Demak Prawata
E. KERAJAAN
BANTEN
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di
Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan
beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer
serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan
tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng
pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat
pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai
kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah
berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan
kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta
ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten
atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun
1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan
dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak
lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
F. KERAJAAN
MATARAM
Kerajaan mataram didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar Penembahan Senopati (1586-1601). Ibukotanya Kota Gede.
Penggantinya Raden Mas Jolang. Ia gugur di daerah Krapyak, sehingga disebut penembahan seda krapyak. Raja
terbesarnya ialah Raden Mas Rangsang yang bergelar sultan agung hanyokrokusumo
(1613-1645).
Sultan agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa dan mengusir
kompeni (VOC) dari Batavia. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon
berhasil dikuasai, ia berencana menyerang Batavia. Serangan dilancarkan pada
agustus 1628 dan September 1629, tetapi gagal. Kegagalan ini karena :
A. Kurangnya perbekalan makanan,
B. Kalah persenjataan,
C. Jarak Mataram – Jakarta sangat jauh,
D. Tentara Mataram terjangkit wabah penyakit.
Sepeninggal Sultan Agung, Matarm mengalami kemunduran dan terpecah.
Berdasarkan perjanjian Giyanti 13
Februari 1755 Matarm dipecah menjadi dua, yakni :
A.
Mataram Barat, yakni kesultanan Yogyakarta, diberikan kepada Mangkubumi dengan
gelar Hamengku Buwono I
B. Mataram Timur, yakni Kesunanan Surakarta
diberikan kepada Paku Buwono III
Selanjutnya berdasarkan Perjanjian
Salatiga tanggal 17 Maret 1757, Surakarta dibagi menjadi dua, yakni :
1.
Surakarta Utara diberikan kepada Raden Mas Said dengan gelar Mangkunegara I,
kerajaanya dinamakan Mangkunegaran.
2.
Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaanya dinamakan Kasunanan Surakarta
G. KERAJAAN
MAKASSAR
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan
kecil, seperti Goa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Kerajaan besar ialah Goa dan
Tallo. Keduanya lebih dikenal sebagai kerajaan Makassar. Puncak kejayaanya pada
masa pemerintahan Sultan Hasanudin (1654-1670)
Pertempuran besar meletus pada 1666 di masa Sultan Hasanuddin. VOC di
bawah pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru
Palaka, Raja Bone. Hasanuddin kalah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Isinya sangat
merugikan rakyat Makassar, yakni :
a.
Wilayah Makassar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
b. Kapal
Makassar dilarang berlayar tanpa seizin VOC
c.
Makassar tertutup untuk semua bangsa kecuali VOC dengan hak monopolinya
d. Semua
benteng harus dihancurkan, kecuali benteng ujung pandang yang kemudian namanya
diganti menjadi benteng Rotterdam.
e. Makassar
harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit.
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang
asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makassar. Karena itu,
disusunlah hokum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu’e dan sebuah naskah lontar karya
Amanna Gappa.
H. KERAJAAN
TERNATE DAN TIDORE
Kerajaan ternate dan tidore terdapat di Maluku. Keduanya sering bersaing
dan persaingan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat.
Bangsa Barat yang pertama kali datang ke Maluku ialah Portugis (1512)
yang kemudian bersekutu dengan kerajaan ternate. Kemudian bangsa Spanyol dating
pada 1521 dan bersekutu dengan kerajaan tidore. Saat itu tidak sampai terjadi
perang. Untuk menyelesaikan persaingan Portugis dan Spanyol, pada tahun 1529
diadakan perjanjian saragosa. Isinya
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaanya di Filipina dan
bangsa Portugis tetap tinggal Maluku.
Portugis menderikan benteng Sao Paulo untuk melindungi Ternate dari
serangan Tidore. Portugis kemudian memonopoli perdagangan dan terlalu ikut
campur urusan dalam negri Ternate. Salah seorang sultan Ternate yang menentang
ialah Sultan Hairun (1550-1570). Walau diadakan perundingan dengan hasil damai
pada 27 Februari 1570, esok harinya ketika Sultan Hairun datang ke benteng Sao
Pulo, ia justru dibunuh.
BAB 3 PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DAN MASA PENDUDUKAN
JEPANG DI INDONESIA
A. BERKEMBANGNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
BARAT DI INDONESIA
1. VOC
VOC merupakan kongsi
dagang Belanda yang mempunyai wilayah di Hindia Timur. Pengurusnya terdiri dari
6 orang yang disebut “Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang pengurus
harian yang disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang
diberikan parlemen Belanda:
-Membuat perjanjian dengan
raja2 setempat
-Menyatakan perang dan
perdamaian
-Membuat senjata &
benteng
-Mencetak uang
-Mengangkat &
memberhentikan pegawai
-Mengadili perkara
Pada tahun 1609,
Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di Ambon. Misi utamanya
adalah untuk memimpin VOC menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika
Jan Pietersoon Coen diangkat sebagai gubernur jenderal, pusat kekuasaan
dipindahkan ke Jayakarta. Selain melakukan monopoli, VOC juga menjalankan
system pemerintahan tidak langsung (indirect rule). Tidak berlangsung lama, VOC
akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. dengan factor-faktor
berikut:
-Banyak pegawai VOC
korupsi karena gajinya rendah
-VOC tidak mampu bersaing
dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC)
-Walaupun rugi, pemegang
saham tetap diberi dividen
-Perang Belanda melawan
Inggris
-Jatuhnya kongsi dagang
VOC di India & adanya kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia
2. Penjajahan Prancis-Belanda
Di Eropa sedang dalam
suasana Perang Koalisi satu (1792-1797). Belandapun kalah sehingga
membuat rajanya, Willem V, meminta perlindungan dari Inggris. Napoleon
Bonaparte, pemimpin Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin
Belanda. Louis kemudian mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur
Jendral Hindia Belanda sejak 1808. Tugas utamanya adalah untuk
mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada masa pemerintahannya, Daendels
banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang condong kepada kediktatoran.
Contohnya, pembangunan jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara Anyer-Panarukan.
Pembangunan jalan raya itu melibatkan banyak tenaga dengan system rodi.
Kekuasaan sewenang-wenang
yang diterapkan Daendels membuatnya ditarik kembali agar citra Hindia Belanda
tidak bertambah buruk. Tetapi penarikan Daendels membua dampak buruk.
Belandapun berhasil dikuasai Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan
Prancis-Belanda dengan ditandai oleh Kapitulasi Tuntang.
3. Penjajahan Iggris
Tahun 1811-1816,
Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat
sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan
Raffles adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tindakannya yang
popular adalah mencetuskan system sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak
membebani rakyat, namun kondisi di Eropa membuat Thomas Stamford Raffles harus
mengakhiri masa jabatannya di Indonesia. Perang koalisi berakhir dengan kekalahan
Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil keputusan bahwa
sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu,
dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada
Belanda.
4. Belanda
Untuk menangani berbagai
persoalan di Indonesia yang baru saja dikembalikan ke Inggris, pemerintah
belanda mengirimkan sebuah komisi. Komisi tersebut terdiri dari Cornelis
Th.Elout sebagai ketua, dan A.A. Buyskes dan van der Capellen sebagai
anggota. Setelah komisi dibubarkan, van der Capellen diangkat sebagai gubernur
jenderal. Dia melaksanakan pola konservatif, dalam arti menerapkan kebijakan
monopoli seperti VOC:
a. Masa Tanam
Paksa
Ketika van den Bosch
menjabat sebagai gubernur jenderal, pada tahun 1830 dia menciptakan peraturan
baru yang bernama ‘tanam paksa’ / cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan
untung guna menutup deficit keuangan negri Belanda. Kemudian, latar belakang
dilakukannya Tanam paksa adalah:
- Defisit anggaran belanja
negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang diponegoro
- Keadaan di Jawa
yang tidak menguntungkan saat itu
- Perdagangan dan
perusahaan belanda mengalami kemunduran
Pokok-pokok ketentuan
Tanam paksa:
- Penduduk wajib menanami
1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan pemerintah
- Tanah tersebut
dibebaskan dari pajak
- Tanah tersebut
dikerjakan selama 1/5 tahun
- Risiko penanaman ada
pada pemerintah
- Hasil tanaman yang
diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti rugi
- Kelebihan hasil panen
akan diganti oleh pemerintah
- Waktu
yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam padi
Tanam Paksa:
- Tanah yang ditanami
lebih dari 1/5 lahan
- Tanah yang ditanami
tanaman wajib masih terkena pajak
- Banyak petugas
yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya
- Tanah yang ditanami
tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur
Akibat penyimpangan:
1. Bagi Bangsa
Indonesia
- Menimbulkan kesengsaraan
- Pemerintahan Belanda
memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan tanahnya sehingga makin
sengsara
1.
Bagi Belanda
- Memperoleh keuntungan
yang sangat besar
- Timbul penentangan
tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan etis
b.
Politik Liberal Kolonial
Golongan liberal berhasil
menguasai parlemen sehingga mereka mempunyai peluang untuk menciptakan
undang-undang dasar guna membatasi kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar
undang-undang de Waal:
1. Undang-undang Gula yang menyebutkan bahwa
penanaman tebu harus dilakukan oleh pengusaha swasta, tidak dengan system tanam
paksa
2. Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa
gubernur jenderal dan rakyat dilarang menjual tanah kepada orang asing, tetapi
dapat menyewakannya selama 75 tahun
Ini merupakan awal yang
baik walaupun dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan Pemerintahan Hindia
Belanda.
B. PERUBAHAN
POLITIK , EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA AKIBAT PERLUASAN KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME DI INDONESIA
Masuknya kekuasaan bangsa
Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi
dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:
a. Politik
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial.Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
c. Budaya
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial.Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
c. Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus
kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai
pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan
juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi
menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit
politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang
senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng
Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab
Wedatama dan lain-lain.
C. PERLAWANAN DI BERBAGAI DAERAH DALAM
MENENTANG DOMINASI ASING
Perlawanan Rakyat Maluku
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah(1575), sejak kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja sama antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan bangsa Belanda yang lebih kuat.
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah(1575), sejak kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja sama antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan bangsa Belanda yang lebih kuat.
Pelawanan Rakyat Mataram
Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha mengalahkan VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan, karena selain persiapan pasukannya yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan bersama kerajaan lainnya.
Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha mengalahkan VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan, karena selain persiapan pasukannya yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan bersama kerajaan lainnya.
Perlawanan Rakyat
Makasar
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi Belanda untuk menguasai kerajaan – kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur perdagangan Nusantara bagian timur dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi :
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi Belanda untuk menguasai kerajaan – kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur perdagangan Nusantara bagian timur dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi :
a. Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada
VOC berdagang di Makasar dan Maluku.
b. VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia
bagian timur, dengan pusat Makasar.
c. Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki
Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja
Bone.
Perlawanan Rakyat Banten
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan mendekati Sultan Haji. Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera menarik kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima, segera meminta bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya dengan bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan mendekati Sultan Haji. Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera menarik kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima, segera meminta bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya dengan bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC.
Perang Paderi (1821 – 1837)
Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh – tokoh adat Sumatera Barat. Kaum agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada warga sambil menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang bertujuan untuk memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat serta menentang aspek – aspek budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris yang sejak 1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat setelah direbut dari Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat dan menjalankan pemerintahan berdasarkan agama.
Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris. Golongan adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan Paderi. Pada Februari 1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda mulai mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum Paderi.
Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan – kebijakan yang dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota Dewan Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis terhadap kehidupan keraton yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena itu, dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda akan membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut menembus makam leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan dengan tombak. Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di Selarong. Dia mendapat berbagai dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh yang bergabung antara lain : Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus de Kock.
Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh – tokoh adat Sumatera Barat. Kaum agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada warga sambil menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang bertujuan untuk memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat serta menentang aspek – aspek budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris yang sejak 1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat setelah direbut dari Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat dan menjalankan pemerintahan berdasarkan agama.
Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris. Golongan adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan Paderi. Pada Februari 1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda mulai mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum Paderi.
Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan – kebijakan yang dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota Dewan Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis terhadap kehidupan keraton yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena itu, dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda akan membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut menembus makam leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan dengan tombak. Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di Selarong. Dia mendapat berbagai dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh yang bergabung antara lain : Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus de Kock.
Perang Aceh
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824, karena Terusan Suez diuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi Strategis di Selat Malaka dan menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Sumatra pada 1871.
Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut disaingi menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan Masjid Raya Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh di bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh secara keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim Snouck Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
Perang Bali
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan perjanjian dengan Belanda pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dewa Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari kekuasaan Belanda.
Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng dan terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan isinya. Pada 1848, Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies dan Van Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pertempuran ini diberi nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang puputan antara kerajaan – kerajaan Bali dengan Belanda untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824, karena Terusan Suez diuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi Strategis di Selat Malaka dan menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Sumatra pada 1871.
Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut disaingi menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan Masjid Raya Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh di bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh secara keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim Snouck Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
Perang Bali
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan perjanjian dengan Belanda pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dewa Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari kekuasaan Belanda.
Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng dan terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan isinya. Pada 1848, Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies dan Van Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pertempuran ini diberi nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang puputan antara kerajaan – kerajaan Bali dengan Belanda untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).
Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin – Belanda pada 1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857. sepeninggal Sultan Adam, terjadi perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok :
▪ Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada 1859 yang dipimpin Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda. Dalam melawan Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam pertempuran dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin – Belanda pada 1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857. sepeninggal Sultan Adam, terjadi perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok :
▪ Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada 1859 yang dipimpin Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda. Dalam melawan Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam pertempuran dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.
D. PERANG DUNIA II DI KAWASAN ASIA
PASIFIK
Perang Pasifik, yang
dikenal di Jepang dengan nama Perang Asia Timur Raya dan di Tiongkok sebagai
Perang Perlawanan Terhadap Agresi Jepang) (kang-Ri zhanzheng), terjadi di
Samudra Pasifik, pulau-pulaunya, dan di Asia. Konflik ini terjadi antara tahun
1937 dan 1945, namun peristiwa-peristiwa yang lebih penting terjadi setelah 7
Desember 1941, ketika Jepang menyerang Amerika Serikat serta wilayah-wilayah
yang dikuasai Britania Raya dan banyak negara lainnya.
Perang ini dimulai lebih
awal dari Perang Dunia II yaitu pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah insiden
yang disebut Insiden Jembatan Marco Polo Peristiwa tersebut menyulut peperangan
antara Tiongkok dengan Jepang.Konflik antara Jepang dan Tiongkok dan beberapa
dari peristiwa dan serangannya yang penting juga merupakan bagian dari perang
tersebut. Perang ini terjadi antara Jepang dan pihak Sekutu (yang termasuk
Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina, Australia, Belanda dan
Selandia Baru). Uni Soviet berhasil memukul mundur Jepang pada 1939, dan tetap
netral hingga 1945, saat ia memainkan pernanan penting di pihak Sekutu pada
masa-masa akhir perang.
E. PERGERAKAN NASIONAL PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Perlawanan secara Legal
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.
Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.
Pembela Tanah Air (Peta)
• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya.
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.
Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.
Pembela Tanah Air (Peta)
• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya.
Chou Singi-In
• Memasuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka mengalami kekalahan beruntun di berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8 Januari 1943, Perdana Menteri Tojo mengumumkan secara resmi bahwa Filipina dan Birma akan memperoleh kemerdekaannya pada tahun itu juga, sedangkan mengenai Indonesia tidak disinggung sama sekali. Pernyataan itu dapat menyinggung perasaan kaum nasionalis dan rakyat Indonesia umumnya. Oleh karena itu, Perdana Menteri Tojo menganggap perlu mengirim Menteri Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri Jepang pertama kali yang ada di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai dengan Menteri Aoki itulah, maka pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke Jakarta.
• Memasuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka mengalami kekalahan beruntun di berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8 Januari 1943, Perdana Menteri Tojo mengumumkan secara resmi bahwa Filipina dan Birma akan memperoleh kemerdekaannya pada tahun itu juga, sedangkan mengenai Indonesia tidak disinggung sama sekali. Pernyataan itu dapat menyinggung perasaan kaum nasionalis dan rakyat Indonesia umumnya. Oleh karena itu, Perdana Menteri Tojo menganggap perlu mengirim Menteri Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri Jepang pertama kali yang ada di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai dengan Menteri Aoki itulah, maka pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke Jakarta.
F. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DALAM BERBAGAI
ASPEK KEHIDUPAN
a. Bidang Politik
Sejak masuknya Jepang di Indonesia, organisasi yang berkembang pada saat
itu dihapuskan dan diganti dengan organisasi buatan Jepang. Tetapi, pemerintah
Jepang masih membiarkan kesempatan pada golongan nasionalis islam karena
dinilainya sangat anti-barat, sehingga organisasi MIAI masih diperbolehkan
tetap berdiri, tetapi karena perkembangannya dianggap membahayakan Jepang,
akhirnya MIAI dibubarkan dan diganti dengan Masyumi.
Bidang Pendidikan
Pendidikan zaman Jepang mengalami perubahan secara drastis. Dimana sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan dengan kepentingan perang. Siswa wajib
mengikuti latihan dasar kemiliteran. Jepang juga menanamkan semangat Jepang dan
siswa wajib menghapal lagu kebangsaan Jepang. Para guru diharuskan mengikuti
kursus bahasa Jepang. Juga diwajibkannya menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai bahasa pengantar disekolah untuk menggantikan bahasa Belanda.
Melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori
dan merealisasikan konsepsi ”Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”.
Bidang Ekonomi
Pada pendudukan Jepang, kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang
Jepang. Jepang berusaha menguasai sumber bahan mentah untuk industri Jepang.
Sebagian hasil panen harus diserahkan kepada pemerintah. Rakyat diperbolehkan
memiliki 40% hasil panen mereka, 30%disetor kekoperasi dengan harga yang
ditetapkan pemerintah dan sisa 30% disediakan untuk bibit dan harus disimpan
dilumbung desa. Kadang-kadang semua itu dirampas oleh Jepang sehingga rakyat
hanya makan keladi yang gatal, ubi jalar atau bekicot serta makanan lain yang
tidak layak. Selain itu, Jepang juga mengharuskan kaum pria yang muda dan sehat
serta produktif untuk menjadi serdadu pekerja (Romusha). Akibatnya tidak
sedikit nyawa yang terenggut saat itu.
Bidang Budaya
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk dapat menanamkan
kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah
matahari terbit. Hal ini berarti bahwa cara menghormat tersebut merupakan salah
satu tradisi Jepang untuk menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa
Matahari.
Militer
Demi untuk memenuhi kepentingan perang Asia Timur Raya yang memerlukan
banyak tentara. Pemerintah Jepang berusaha mengerahkan porensi rakyat Indonesia
dengan membentuk pendidikan semi-militer dan militer, seperti : Seinendan,
Keobodan, Heiho dan PETA. Meskipun pengerahan tersebut dilaksanakan untu
kepentingan Jepang, namun bangsa Indonesia mendapat keuntungan besar dari
proses pendidikan militer ini. Hal ini terasa gunanya, kelak pada saat bangsa
Indonesia menghadapi sekutu dan Belanda yang akan menjajah kembali Indonesia
tahun 1945 – 1949.
Bahasa Indonesia
Jepang berusaha menghapus pengaruh barat di Indonesia. Antara lain dengan pelarangan
penggunaan Bahasa Belanda disekolah-sekolah dan pertemuan resmi. Bahasa yang
dboleh digunakan adalah bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang. Demikian pula
buku-buku pelajaran maupun yang berbentuk sastra, menggunakan bahasa Indonesia.
G. AKTIVITAS
PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN
1. Sidang pertama (29 mei –
1 Juni 1945)
Dalam sidang pertama ini, pembicaraan dipusatkan pada usaha merumuskan
dasar filsafat bagi negara Indonesia merdeka dengan membahas berbagai usul dari
peserta sidang.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan buah pikirannya tentang
dasar negara Indonesia merdeka :
1.
Kebangsaan
Indonesia
2.
Internasionalisme
3.
Mufakat atau
Demokrasi
4.
Kesejahteraan
Sosial
5.
Ketuhanan
Yang Maha Esa
Kelima asas yang diusulkan Ir. Soekarno sesuai dengan petunjuk seorang ahli
bahasa diberi nama Pancasila. Oleh karena itu setiap tanggal 1 Juni dikenal
sebagi hari lahirnya Pancasila.
Kemudian tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia perumus yang
tugasnya untuk membahas dan merumuskan hasil sidang pertama. Panitia perumus
tersebut dikenal dengan nama panitia kecil atau panitia 9, karena beranggotakan
9 orang :
1.
Ir. Soekarno
(Ketua)
2.
Drs. M.
Hatta (Wakil)
3.
K.H. Wachid
Hasyim (Anggota)
4.
Kahar
Muzakir (Anggota)
5.
Mr. A.A.
Maramis (Anggota)
6.
Abikusno
Tjokrosurojo (Anggota)
7.
H. Agus
Salim (Anggota)
8.
Mr. Achmad
Subarjo (Anggota)
9.
Mr. Moh.
Yamin (Anggota).
Sebagai tindak lanjut dari sidang pertama maka direkomendasikan Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) tanggal 22 Juni 1945 yang berisi rumusan dasar negara
dan rancangan Pembukaan UUD.
Adapun rumusan dasar negara berdasarkan piagam Jakarta adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan
Indonesia
4. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.
Sidang
Kedua ( 10 Juli – 16 Juli 1945 )
Pada sidang yang kedua BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia :
1. Panitia perancang UUD
yang diketuai Ir. Soekarno
2. Panitia Pembela Tanah Air
yang diketuai Abi Kusno
3. Panitia keuangan dan
perekonomian yang diketuai Moh. Hatta
Panitia perancang dalam sidangnya tanggal 11 Juli 1945 menerima konsep
naskah pembukaan UUD yang diambil dari piagam Jakarta. Panitia perancang
kemudian membentuk panitia kecil perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai
Mr. Supomo. Ia bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang
telah disepakati.
Tanggal 13 Juli 1945, pembentuk Tim Panitia Kecil yang diketuai Ir.
Soekarno mengadakan sidang untuk membahas laporan hasil kerja Panitia Kecil
Perancang UUD yang diketuai Mr. Supomo. Dalam rapat Pleno tanggal 14 Juli 1945,
BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan Ir. Soekarno :
1. Pernyataan Indonesia
merdeka
2. Pembukaan UUD
3. Batang Tubuh UUD
Setelah melalui sidang yang alot, hasil kerja Panitia Perancang UUD
akhirnya diterima BPUPKI. Hal itu merupakan momentum penting dalam menentukan
masa depan bangsa dan negara Indonesia. Rumusan yang telah disempurnakan dan
diterima secara bulat oleh sidang tersebut kemudian dikenal dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
BAB 4 PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BARU DAN MUNCULNYA
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
A. PAHAM-PAHAM
BARU DARI BARAT
1. Nasionalisme
a. Pengertian
- Menurut Otto Bouer, nasionalisme muncul karena adanya
persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama,
sedangkan
-
Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme
adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada Negara
dan bangsa. Semen
- Ernest Renant
menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu
2. Demokrasi
Demokrasi berasal dari
kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang berarti . Jadi, demokrasi
berarti pemerintahan “dari rakyat untuk rakyat”. Prinsip-prinsip yang mendasari
ide demokrasi adalah konstitusionalisme, kedaulatan rakyat, aparat yang
bertanggungjawab, jaminan kewajiban sipil, pemerintah berdasarkan
undang-undang, dan asas mayoritas Demokrasi sudah ada pada jaman Yunani kuno,
yang dikenal dengan demokrasi langsung, dimana rakyat seluruhnya bias langsung
atau memutuskan suatu perkara. Hal ini dimungkinkan karena saat itu di Yunani
masih berbentuk negara-kota (polis) yang penduduknya sekitar 30 orang per
polis. Pada Revolusi Amerika tahun 1776 dalam Declaration of Independence,
menyatakan bahwa tidak ada kekuasaan yang adil tanpa persetujuan rakyat
3. Liberalisme
Liberal berasal dari kata
“liberty”, yang berarti kebebasan. Kebebasan dalam arti kemerdekaan pribadi,
hak untuk mendapatkan perlindungan, dan kebebasan dalam menentukan sikap.
Liberalisme adalah suatu aliran pemikiran yang mengharapkan kemajuan dalam
berbagai bidang atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat
dan kemampuannya sebebas mungkin, Beberapa tokoh
yang bisa dianggap sebagai penganut dan yang mengembangkan paham liberalisme,
yaitu:
a. John Locke. Menurut pendapatnya,
negara terbentuk dari perjanjiann sosial antara individu dengan yang hidup
bebas dengan penguasa.
b. Montesquieu. Dalam bukunya spirit the
law, terdapat pemisahan kekuasaan dalam pemerintahan yaitu eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Tujuannya agar terdapat pengawasan antar lembaga
agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang
4. Sosialisme
Sosialisme ialah paham
yang menghendaki suatu masyarakat dibentuk secara kolektif (oleh kita, untuk
kita). Titik berat dari paham ini ada pada masyarakat, bukan individu. Dan
dalam hal ini sosialisme merupakan lawan dari liberalisme. Pada awalnya
sosialisme muncul sebagai reaksi atas liberalisme abad ke-19. Pendukung
liberalisme adalah kelas menengah (middle class), yang oleh Karl Marx disebut
kaum “borjuis”. Kelas menengah ini adalah memiliki industri, perdagangan dan
memiliki pengaruh dalam masyarakat dan pemerintah. Ketertindasan kaum buruh
oleh para pemilik modal (kapital) menimbulkan reaksi golongan kelas menengah,
yang sampai sekarang dikenal dengan istilah gerakan sosialisme. Tujuannya
menghilangkan pertentangan antar kelas, kelas buruh dan pemodal. Oleh Marx,
sosialisme dikembangkan menjadi komunisme.
B. PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN NASIONALISME DI ASIA DAN AFRIKA
Ciri-ciri umum sistem
birokrasi Barat yang diperkenalkan di Negara-negara Asia Tenggara
Kuasa barat menubuhkan
kerajaan pusat
Barat melantik Gabenor
Jeneral sebagai ketua pentadbir
Mereka melaksanakan
pentadbiran melalui biro(jabatan)
Pegawai barat dilantik
sebagai ketua biro
Kuasa barat memperkenalkan
undang-undang barat.
·
Ciri-ciri
birokrasi yang diperkenalkan oleh Sepanyol di Filipina.
Sepanyol memperkenalkan
sistem pentadbiran berpusat
Gabenor Jeneral menjadi
pemerintah tertinggi di peringkat pusat
Datuk Bandar menjadi
pentadbir wilayah
Gabenor kecil menjadi
pentadbir Bandar
Encomiendero menjadi
pemerintah Encomienda
Maksud Sistem Encomienda
Sistem pentadbiran Sepanyol
diperingkat tempatan
pemerintahnya diketuai
encomiendero
·
Tugas-tugas
Encomiendero yang diperkenalkan Sepanyol di Filipina.
menjaga keamanan
mengutip cukai
mengkristiankan penduduk
barangay
·
Sebab sistem
Encomienda dibenci oleh penduduk Filipina.
mengenakan cukai yang
tinggi
mengenakan kerahan tenaga
terhadap penduduk
·
Perubahan sistem
pentadbiran yang diperkenalkan oleh Belanda di Indonesia.
pentadbiran dibahagikan
kepada pentadbiran pusat dan tempatan
pentadbiran pusat diketuai
oleh Gabenor Jeneral
pentadbiran tempatan
diketuai dikendalikan oleh pembesar tempatan
pentadbiran tempatan
menjalankan tugas dengan pengawasan pegawai Belanda
Belanda menubuhkan jabatan
kerajaan seperti Jabatan Pelajaran dan Pertanian
Belanda menubuhkan dewan
tempatan
dewan tempatan berfungsi
sebagai penasihat pentadbiran Belanda
dewan tempatan tiada kuasa
perundangan
Belanda menubuhkan
Volksraad
Volksraad merupakan majlis
rakyat
·
Bentuk sistem
pemerintahan di Burma sebelum kedatangan British
Burma mengamalkan sistem
pemerintahan beraja di bawah dinasti Konbaung
pemerintahan dan
pentadbiran diketuai oleh raja
raja dibantu oleh
Hluttaw(majlis diraja) dan Wun(pegawai tinggi kerajaan)
Myothugyi menjadi ketua
Bandar
Ahmudan menjadi pegawai
diraja
Athi merupakan
pembesar-pembesar tradisional
raja menjadi penaung
kepada sami Buddha.
C. LAHIRNYA PRGERAKAN NASIONAL
INDONESIA
1. Budi Utomo.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai, tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokterdokter pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai, tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokterdokter pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Serikat Dagang Islam.
Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal 10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina.
Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan.
Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang batik Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam
(SDI). Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena bersifat nasionalis, religius, dan ekonomis.
Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal 10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina.
Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan.
Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang batik Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam
(SDI). Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena bersifat nasionalis, religius, dan ekonomis.
3. Indische Partij.
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 . Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.
IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar.
Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang-cabangnya tersebar diseluruh Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini membahayakan kedudukannya. Pada bulan Maret 1913 Pemerintah Hindia Belanda
melarang kegitan IP. Pada bulan Agustus tahun yang sama para pemimpin IP dijatuhi hukuman pengasingan.
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 . Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.
IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar.
Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang-cabangnya tersebar diseluruh Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini membahayakan kedudukannya. Pada bulan Maret 1913 Pemerintah Hindia Belanda
melarang kegitan IP. Pada bulan Agustus tahun yang sama para pemimpin IP dijatuhi hukuman pengasingan.
4. Partai Nasional Indonesia.
Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club
(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno, Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll.
BAB 5 TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA
Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club
(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno, Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll.
BAB 5 TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA
A. KRONOLOGI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
·
6 Agustus 1945
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat.
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat.
·
7 Agustus 1945
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
·
9 Agustus 1945
Bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
·
10 Agustus 1945
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
·
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
·
14 Agustus 1945
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
·
15 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
·
16 Agustus 1945
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus
1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan,
mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian
terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik
(NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
B. PERBEDAAN PANDANGAN ANTARKELOMPOK DI SEKITAR PROKLAMASI
Berita tentang kekalahan
Jepang, diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio siaran luar negeri.
Pada malam harinya Sutan syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta.
Syahrir juga menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan
peristiwa tersebut. Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu.
Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil
keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda
mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan
Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30
waktu Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan
“ kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain. Segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya
diharapkan diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan
dalam pernyataan proklamasi.”
Keputusan rapat itu
disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir.
Sukarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan
tersebut segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang.
Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika
Ir. Sukarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan
ketegangan. Ir. Sukarno marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke
pojok itu dan sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai
besok. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI.
Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”. Ketegangan itu
juga disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr.
Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.
C. PENYEBARLUASAN
BERITA PROKLAMASI DAN SAMBUTAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Ketika Soekarno-Hatta
memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia, pemimpin Domei Indonesia Adam
Malik dari tempat persembunyiannya di Bungur Besar menelepon Asa Bafagih dan
mendiktekan bunyi teks proklamasi.
Adam Malik minta agar
berita tersebut diteruskan kepada Pangulu Lubis untuk segera disiarkan tanpa
izin Hodohan (sensor Jepang) sebagaimana biasanya. Perintah Adam Malik itu
dilaksanakan Pangulu Lubis dengan menyelipkan berita proklamasi diantara
berita-berita yang telah disetujui Hodohan yang kemudian disiarkan melalui
kawat (morce cast) oleh teknisi Indonesia, Markonis Wua, dengan diawasi
Markonis Soegiarin.
Berita tersebut segera
menyebar, dapat ditangkap di San Fransisco (AS) maupun di Australia.Pemerintah
pendudukan Jepang gempar setelah mengetahui tersiarnya berita kemerdekaan RI.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei..
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei..
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.
D. PROSES TERBENTUKNYA NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA
Pada tanggal 18 Agustus
1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyelenggarakan siding
untuk pertama kali yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dalam sidang PPKI itu
dibahas berbagai persoalan untuk melengkapi keberadaan negara Republik
Indonesia yang baru diproklamasikan. Bahkan materi yang dibahas dalam sidang
PPKI itu merupakan kelanjutan dari sidang BPUPKI tanggal 10 – 16 Juli 1945.
Dalam sidang PPKI itu berhasil diambil suatu keputusan yang sangat penting bagi
pemerintahan negara Republik Indonesia yang baru berdiri. Keputusan yang
berhasil dicapai dalam sidang PPKI adalah sebagai berikut.
a.
Mengesahkan rancangan undang-undang dasar negara yang dibahas dalam sidang
BPUPKI menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya
Undang-Undang Dasar itu lebih dikenal dengan istilah Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945).
b.
Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden sebagai pelaksana
pemerintahan yang sah dari Negara Republik Indonesia yang baru berdiri.
Selanjutnya PPKI memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden serta
Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
c.
Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai lembaga yang membantu Presiden
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) melalui pemilihan umum (pemilu).
Sidang PPKI tanggal 18
Agustus 1945 berjalan dengan lancar dan berhasil membentuk serta mengesahkan
UUD 1945, memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden serta membentuk
Komite Nasional Indonesia (KNI). Dengan demikian, sejak tanggal 18 Agustus
1945, yaitu sehari setelah Indonesia merdeka, negara Republik Indonesia telah
memiliki system pemerintahan yang sah dan diakui oleh seluruh rakyat Indonesia.
terimakasih atas materinya sangat membantu sy sebagai guu sejarah...
BalasHapusterima kasih.. semoga materi yang njenengan sampaikan bermanfaat untuk kita dan anak didik kita
BalasHapusMantap
BalasHapus