AKU CERMIN, ENGKAULAH …….
Suhrawardi, sufi yang dikenal sebagai Syaikh al-Isyraq dan mati terbunuh oleh
penguasa zalim, pernah membuat perumpamaan tentang cermin dan Matahari.Ketika
cermin dihadapkan kepada matahari maka sinar matahari akan diserap oleh cermin
itu dan dipantulkannya kembali. Andaikan cermin mampu melihat ke dalam dirinya,
ia akan terkejut dan mengira bahwa dirinyalah matahari itu karena betapa
kuatnya cahaya mentari tersebut.
Manusia dalam cerita Suhrawardi di atas digambarkan sebagai cermin
sedangkan Allah diumpamakan sebagai matahari. Ketika manusia mampu mensucikan
dirinya dan membersihkannya sedemikian rupa, maka ia layak diserupakan dengan
cermin. Ketika ia menjumpai "tanda-tanda kekuasaan ilahi", ia
menerima cahaya ilahi yang dipancarkan sedemikian kuatnya ke dalam dirinya. Ia
serap cahaya ilahi itu lalu ia pantulkan kembali.
Manakala kita mampu menyerap dan memantulkan kembali cahaya ilahi itu,
hidup kita akan terus diterangi oleh cahaya ilahi. Orang yang sudah mencapai
tahap itu akan menebarkan berkah pada setiap sudut yang menerima pantulan
cahaya ilahi dari "cermin"-nya. Ia mampu sebarkan rahmat
disekelilingnya.
Nabi Muhammad adalah contoh terbaik dari perumpamaan di atas. Cahaya ilahi
yang diserap Nabi Muhammad SAW dipantulkannya ke seluruh alam semesta. Oleh
karena itu, kehadiran Nabi Muhammad mampu menebarkan rahmat ke seluruh alam semesta
(rahmatan lil 'alamin).
Perhatikan orang disekeliling kita. Bukankah ada orang yang bila kita
pandang wajahnya, keteduhan dan kedamaian-lah yang kita peroleh. Ketika kita
mendegar suaranya, kita bagaikan mendengar "nyanyian dari surga";
indah dan menyejukkan. Ketika ia memandang kita, sorot matanya mampu memecahkan
kegalauan di hati kita.Ketika ia tersenyum seakan dunia ini begitu indah untuk
didiami. Pendek kata, kehadiran orang tersebut telah membawa berkah untuk
lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya, pernahkah kita menjumpai seseorang yang meskipun tampan ataupun
cantik, namun mata enggan berlama-lama menatapnya. Ketika ia bicara, meskipun
dengan retorika yang luar biasa memikatnya, kita bisa merasakan bahwa ia
sebenarnya sedang membual. Ketika ia tersenyum, kita melihat ada seberkas
kepalsuan dibalik senyum itu. Setiap ia datang di suatu tempat, ia sebarkan
kerusakan dan kekacauan. Ia masuk organisasi, tak lama kemudian organisasi itu
mengalami konflik. Ia bertamu ke satu rumah, tak lama setelah ia pergi, rumah
tangga itu menjadi berantakan. Ia menjadi pengurus masjid, namun alih-alih
masjid menjadi tempat beribadah, berkat kehadirannya, masjid menjadi tempat
bergossip ria. Pendek kata, kemana ia melangkah, berkah dan rahmat menjauh
darinya.
Orang pertama adalah mereka yang mampu membersihkan cermin hatinya sehingga
mampu menyerap cahaya ilahi. Sebaliknya, orang yang kedua tak pernah mensucikan
cermin hatinya. Cerminnya kusam dan gelap; tertutup oleh debu dan kotoran.
Walaupun ia menjumpai banyak tanda-tanda kekuasaan Allah di bumi ini, cermin
hatinya tetap tak mampu menyerap cahaya ilahi apalagi memantulkannya.
Abu Sa'id Abu al-Khair, sufi besar abad 10 dan 11 dari Maihana, menasehati
muridnya: "Selama egomu menyertaimu, engkau tak akan mengenal Allah,
sebab, ego tidak menyukai manusia sempurna (insan al-kamil)"
Ego itulah yang harus kita tundukkan agar kita mampu menyerap cahaya ilahi.
Bukankah demi menundukkan ego kita mampu tidak makan dan minum di siang hari.
Bukankah ketika kita tak datangi isteri kita di siang hari itu juga demi
menundukkan hawa nafsu kita. Bukankah demi menundukkan ke-aku-an kita mampu
untuk menjaga lidah dan tangan kita dari perbuatan tercela selama satu bulan
penuh.
Setelah kita
tundukkan ego kita, cermin kita akan mampu menyerap cahaya ilahi dan
memantulkannya ke seluruh penjuru. Dan seperti kisah Suhrawardi di atas,
andaikan kita mampu melihat ke dalam diri kita, kita akan terkejut mendapati
kuatnya cahaya ilahi itu, insya Allah!
Komponent dasar jasad manusia adalah hati, segala amal perbuatan manusia
tergantung pada niatnya dan niat itu ada dalam hati.
Allah menuntun kita dengan firmanNYA : Dan tentramkanlah hatimu dengan
mengingat Allah, sesungguhnya dengan mengingat Allah hatimu tentram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar