Rabu, 12 September 2012

Gaul Error:


Reduksi Budaya Western

Secara psikologis, masa remaja adalah masa memasuki usia 13-19 tahun ke atas atau disebut juga masa adolesen/pubertas. Di masa itu, perubahan jasmani individual remaja berjalan begitu cepat, sehingga berkonsekuensi pada kebingungan dan ke-‘aku’an dalam mengambil sikap, serta sering berimajinasi dan berkhayal secara negatif. Bahkan perubahannya bergolak hebat dari sisi emosional individual, baik dari aspek rohani maupun jasmani. Dari sisi rohani, sikap berontak pada Tuhan selalu menyelimuti dirinya jika dihubungkan pada kekuasaan yang dilawannya dan kadang malah bersikap sebaliknya.

Mayoritas remaja cenderung mengedepankan ego, nafsu, dan kehendak sendiri tanpa mengindahkan pandangan orang lain. Kendati itu orang tua sendiri. Tak aneh bila banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan error.

Menurut James Vander, sosiolog terkemuka, penyimpangan ialah prilaku yang oleh masyarakat dianggap perbuatan tercela dan diluar batas toleransi.

Realitanya, penyimpangan remaja kian tahun kian meningkat. Banyak sekali refleksi pergaulan error yang bisa di kemukakan di sini. Mulai dari level shaghirah (dosa kecil) sampai kabirah (dosa besar), mulai  dari pandangan mata sampai pada free friends yang membahayakan. Mungkin, yang menjadi titik tolak awal dari semua penyimpangan pergaulan adalah pacaran. Karena pacaran sangat rentan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan pergaulan.

Kalau kita melihat pacaran dari sisi perspektif fikh maka kajiannya hanya cukup sampai di sini. Karena konsekuensi hukum dari pacaran bila melihat realita yang ada sudah jelas (baca; ma'lumun mi al-din bi al-dlarurat). Maka bila dikatakan adakah pacaran yang Islami? Maka jawabannya pasti, pacaran yang Islami hanyalah menikah!. Sedangkan kalau kita melihat dari perspektif sosial maka kajiannya lebih melebar pada penyebab-penyebab kenakalan itu sendiri.

Mayoritas Pelaku Penyimpangan

Dalam hal ini remaja adalah pelaku terbanyak penyimpangan pergaulan dengan cara pacaran. Mayoritas remaja masih belum menyadari bahwa dibalik pacaran terdapat dampak negatif  yang sangat membahayakan, disamping dosa yang menjadi beban dan harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Swt.. Karena akibat pacaran dan pergaulan error banyak diantara mereka yang terjebak dalam perangkap zina. Mulai dari sekedar KNP (kissing, necking, petting) sampai free sex (seks bebas), al-ikhtilath (campur-baur), al-khalwat (berduaan), tersebar luasnya pornografi, pornoaksi dipelbagai media cetak, night club, sinema sinetron dan striptease (penari bugil). Kesemuanya membawa misi-misi iblis dan berdampak pada rusaknya norma dan etika.

Padahal, Allah telah melarang mendekati zina, apalagi berbuat zina. Remaja yang tidak mempunyai “rem” iman yang kukuh, hati dan pikirannya akan cenderung berbuat hal-hal negatif dan mudah terpengaruh oleh deviant cultur (kebudayaan menyimpang).

Kalau kita mencoba mengklasifikasi penyebab-penyebab penyimpangan ini kurang lebihnya sebagai berikut:

1. Kurang berpikir  proporsional

Remaja, bila cara berpikirnya tidak proporsional, maka perbuatannya cenderung mengarah pada hal-hal yang negatif dan mudah terpengaruh. Akibatnya, banyak remaja yang melakukan banyak penyimpangan dengan alasan banyak mengekor pada temannya atau hanya sebatas happy fun saja.

2. Lemahnya pemahaman dan aplikasi norma Islam.

Remaja adalah salah satu elemen penting yang menjadi sasaran Barat dalam upaya konspirasi mereka terhadap Islam. Khususnya remaja yang kurang mengerti Islam serta hati dan akal pikirannya kosong dari agama Islam. Oleh karena itu remaja Islam dituntut -bahkan wajib- untuk mendalami ajaran agamanya secara komprehensif. Syaikh Burhanuddin al-Zarnuji mengatakan: “Kehancuran bagi seorang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan akan lebih rusak lagi bila orang-orang bodoh  yang beribadah (lihat; Ta’lim al-Muta’allim). Apalagi bila bodoh dan tidak beribadah! Tujuan diwajibkannya menuntut ilmu agama adalah agar dapat membedakan perkara haq dan bathil.

3. Vulgaritas media informasi dan minim filter

Media informasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan khususnya dikalangan remaja akan tetapi ironisnya informasi yang disenangi kalangan remaja adalah informasi yang berbau hal-hal negatif yang disertai dengan tidak adanya filterisasi atas informasi itu sendiri, baik informasi yang berbentuk bacaan, tayangan, audio visual, internet dan sebagainya.

Media massa sebagai agent of change mulai kehilangan tanggung jawab moralnya. Seringkali menampilkan tayangan yang justru tidak mendidik. Mulai dari sinetron, film, iklan dan sejenisnya bertaburan ajaran amoral dan programnya dibungkus dengan berita. Seperti tayangan sergap (RCTI), Patroli, Jejak Kasus (Indosiar) Derap Hukum (SCTV) Fakta (ANTV) Investigasi (LATIVI) dan program-program sejenis lainnya. Berita tentang kriminal yang memiliki purnajual tinggi tersebut menjadi menu sehari-hari di televisi. Masyarakat, khususnya remaja, setiap hari dicekoki dengan kasus-kasus kriminal yang bagaikan dalam sebuah adegan film, digambarkan kronologis, hatta sedetail-detailnya. Begitu pula dengan tayangan yang bernuansa vulgar atau lebih spesifik tentang penyimpangan seksual. Acara Bantal, Kelambu dan Angin Malam yang dibesut RCTI dan Sensual oleh TRANS TV,  dan masih banyak lagi tayangan-tayangan stasiun televisi yang mempunyai prinsip “Moderat” (modal dengkul buka aurat) dan mendorong prilaku kebebasan seks dan rusaknya moral yang ditemukan. Sehingga bila dibiarkan merasuk kedalam jiwa remaja Islam maka hal itu akan mudah menyeret mereka ke jurang iblis yang berakibat pada rusaknya moral, etika dan tentunya tingkat kriminalitas akan semakin tinggi (lihat, Permata edisi 15/8/2003).

4. Kesukaan mengekor budaya Barat

Remaja cendrung mengadopsi budaya Barat. Sedangkan mereka tidak sadar bahwa di balik itu mereka dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam. Ironisnya, ketika remaja ditanyakan kehidupan dan kebiasaannya, mereka punya alasan simple dengan mengatakan anak gaul, funky, modern dan alasan-alasan lain yang tidak sejalan dengan kultur, etika, dan norma-norma Islam. Apakah hal ini merupakan sebuah bukti bahwa budaya, ajaran dan norma-norma Islam telah rusak di injak-injak oleh muslim sendiri?

Konklusinya, Islam bukanlah agama yang tidak memiliki budaya. Islam adalah agama yang komprehensif. Islam tidak menutup diri untuk menerima budaya lain dengan catatan budaya yang masuk harus di-filter terlebih dahulu dan disesuaikan dengan norma-norma Islam. Sedangkan dalam penyimpangan pergaulan ini, langkah-langkah yang harus diambil untuk lebih menetralisir kenakalan remaja hanya ada satu jalan yaitu harus kembali pada jalan Allah (al-Qur’an) dan Rasul-Nya (al-Hadist) dengan konsisten, loyal, konsekuen dan aplikatif. Alternatif ini adala suatu keniscayaan yang tidak bisa dibantah.

 
Buletin Istinbat, Edisi 106
tanda tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2012. nsuparlan . All rights reserved | nsuparlan blog is proudly powered by Blogger.com | Template by rkartini -