Reduksi Budaya Western
Secara psikologis, masa remaja adalah masa memasuki usia 13-19 tahun ke
atas atau disebut juga masa adolesen/pubertas. Di masa itu, perubahan
jasmani individual remaja berjalan begitu cepat, sehingga berkonsekuensi pada
kebingungan dan ke-‘aku’an dalam mengambil sikap, serta sering berimajinasi dan
berkhayal secara negatif. Bahkan perubahannya bergolak hebat dari sisi
emosional individual, baik dari aspek rohani maupun jasmani. Dari sisi rohani,
sikap berontak pada Tuhan selalu menyelimuti dirinya jika dihubungkan pada
kekuasaan yang dilawannya dan kadang malah bersikap sebaliknya.
Mayoritas remaja cenderung mengedepankan ego, nafsu, dan kehendak sendiri
tanpa mengindahkan pandangan orang lain. Kendati itu orang tua sendiri. Tak
aneh bila banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan error.
Menurut James Vander, sosiolog terkemuka, penyimpangan ialah prilaku yang
oleh masyarakat dianggap perbuatan tercela dan diluar batas toleransi.
Realitanya, penyimpangan remaja kian tahun kian meningkat. Banyak sekali
refleksi pergaulan error yang bisa di kemukakan di sini. Mulai dari
level shaghirah (dosa kecil) sampai kabirah (dosa besar),
mulai dari pandangan mata sampai pada free
friends yang membahayakan. Mungkin, yang menjadi titik tolak awal dari
semua penyimpangan pergaulan adalah pacaran. Karena pacaran sangat rentan
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan pergaulan.
Kalau kita melihat pacaran dari sisi perspektif fikh maka kajiannya hanya
cukup sampai di sini. Karena konsekuensi hukum dari pacaran bila melihat
realita yang ada sudah jelas (baca; ma'lumun mi al-din bi al-dlarurat).
Maka bila dikatakan adakah pacaran yang Islami? Maka jawabannya pasti, pacaran
yang Islami hanyalah menikah!. Sedangkan kalau kita melihat dari perspektif
sosial maka kajiannya lebih melebar pada penyebab-penyebab kenakalan itu
sendiri.
Mayoritas Pelaku Penyimpangan
Dalam hal ini remaja adalah pelaku terbanyak penyimpangan pergaulan dengan
cara pacaran. Mayoritas remaja masih belum menyadari bahwa dibalik pacaran
terdapat dampak negatif yang sangat
membahayakan, disamping dosa yang menjadi beban dan harus dipertanggungjawabkan
kelak di hadapan Allah Swt.. Karena akibat pacaran dan pergaulan error banyak
diantara mereka yang terjebak dalam perangkap zina. Mulai dari sekedar KNP (kissing,
necking, petting) sampai free sex (seks bebas), al-ikhtilath (campur-baur),
al-khalwat (berduaan), tersebar luasnya pornografi, pornoaksi dipelbagai
media cetak, night club, sinema sinetron dan striptease (penari
bugil). Kesemuanya membawa misi-misi iblis dan berdampak pada rusaknya norma
dan etika.
Padahal, Allah telah melarang mendekati zina, apalagi berbuat zina. Remaja
yang tidak mempunyai “rem” iman yang kukuh, hati dan pikirannya akan cenderung
berbuat hal-hal negatif dan mudah terpengaruh oleh deviant cultur
(kebudayaan menyimpang).
Kalau kita mencoba mengklasifikasi penyebab-penyebab penyimpangan ini
kurang lebihnya sebagai berikut:
1. Kurang berpikir proporsional
Remaja, bila cara berpikirnya tidak proporsional, maka perbuatannya
cenderung mengarah pada hal-hal yang negatif dan mudah terpengaruh. Akibatnya,
banyak remaja yang melakukan banyak penyimpangan dengan alasan banyak mengekor
pada temannya atau hanya sebatas happy fun saja.
2. Lemahnya pemahaman dan aplikasi norma Islam.
Remaja adalah salah satu elemen penting yang menjadi sasaran Barat dalam
upaya konspirasi mereka terhadap Islam. Khususnya remaja yang kurang mengerti
Islam serta hati dan akal pikirannya kosong dari agama Islam. Oleh karena itu
remaja Islam dituntut -bahkan wajib- untuk mendalami ajaran agamanya secara
komprehensif. Syaikh Burhanuddin al-Zarnuji mengatakan: “Kehancuran bagi
seorang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan akan lebih rusak lagi
bila orang-orang bodoh yang beribadah (lihat;
Ta’lim al-Muta’allim). Apalagi bila bodoh dan tidak beribadah! Tujuan
diwajibkannya menuntut ilmu agama adalah agar dapat membedakan perkara haq dan
bathil.
3. Vulgaritas media informasi dan minim filter
Media informasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan khususnya dikalangan
remaja akan tetapi ironisnya informasi yang disenangi kalangan remaja adalah
informasi yang berbau hal-hal negatif yang disertai dengan tidak adanya
filterisasi atas informasi itu sendiri, baik informasi yang berbentuk bacaan,
tayangan, audio visual, internet dan sebagainya.
Media massa sebagai agent of change mulai kehilangan tanggung jawab
moralnya. Seringkali menampilkan tayangan yang justru tidak mendidik. Mulai
dari sinetron, film, iklan dan sejenisnya bertaburan ajaran amoral dan
programnya dibungkus dengan berita. Seperti tayangan sergap (RCTI),
Patroli, Jejak Kasus (Indosiar) Derap Hukum (SCTV) Fakta (ANTV) Investigasi
(LATIVI) dan program-program sejenis lainnya. Berita tentang kriminal yang
memiliki purnajual tinggi tersebut menjadi menu sehari-hari di televisi.
Masyarakat, khususnya remaja, setiap hari dicekoki dengan kasus-kasus kriminal
yang bagaikan dalam sebuah adegan film, digambarkan kronologis, hatta sedetail-detailnya.
Begitu pula dengan tayangan yang bernuansa vulgar atau lebih spesifik tentang
penyimpangan seksual. Acara Bantal, Kelambu dan Angin Malam yang dibesut RCTI
dan Sensual oleh TRANS TV, dan masih
banyak lagi tayangan-tayangan stasiun televisi yang mempunyai prinsip “Moderat”
(modal dengkul buka aurat) dan mendorong prilaku kebebasan seks dan
rusaknya moral yang ditemukan. Sehingga bila dibiarkan merasuk kedalam jiwa
remaja Islam maka hal itu akan mudah menyeret mereka ke jurang iblis yang
berakibat pada rusaknya moral, etika dan tentunya tingkat kriminalitas akan
semakin tinggi (lihat, Permata edisi 15/8/2003).
4. Kesukaan mengekor budaya Barat
Remaja cendrung mengadopsi budaya Barat. Sedangkan mereka tidak sadar bahwa
di balik itu mereka dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam. Ironisnya, ketika
remaja ditanyakan kehidupan dan kebiasaannya, mereka punya alasan simple dengan
mengatakan anak gaul, funky, modern dan alasan-alasan lain yang tidak
sejalan dengan kultur, etika, dan norma-norma Islam. Apakah hal ini merupakan
sebuah bukti bahwa budaya, ajaran dan norma-norma Islam telah rusak di
injak-injak oleh muslim sendiri?
Konklusinya, Islam bukanlah agama yang tidak memiliki budaya. Islam adalah
agama yang komprehensif. Islam tidak menutup diri untuk menerima budaya lain
dengan catatan budaya yang masuk harus di-filter terlebih dahulu dan
disesuaikan dengan norma-norma Islam. Sedangkan dalam penyimpangan pergaulan
ini, langkah-langkah yang harus diambil untuk lebih menetralisir kenakalan
remaja hanya ada satu jalan yaitu harus kembali pada jalan Allah (al-Qur’an)
dan Rasul-Nya (al-Hadist) dengan konsisten, loyal, konsekuen dan
aplikatif. Alternatif ini adala suatu keniscayaan yang tidak bisa dibantah.
Buletin Istinbat, Edisi 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar